Pages

Wednesday, 9 November 2011

Seseorang Yang Telah Merebut Perhatian Ku..

Salah seorang yang selama ini sudah cukup lama ku kenal, merebut perhatianku untu terus menerus berdebat ringan. Sebenarnya dia baik dan sopan. Hanya saja kurang percaya diri. padahal jika dilihat dari tampangnya terbilang sangat lumayan kalo nggak boleh dibilang cukup tampan begitulah kira kira.

Setelah basa basi ngobrol panjang lebar kesana kemari akhirnay sampailah aku pada satu kesimpulan bahwa sobat yang satu ini sedang membutuhkan seorang yang sangat memperhatikannya sepenuh hati alias sedang merindukan hadirnya belahan hati jieee….

Hanya saja dia lebih sering pesimis daripada optimisnya.
Hampir disetiap postingannya, ku simak lebih banyak perkataan yang maaf ngacau, jika tidak tidak boleh dibilang negative. Lebih banyak perkataan yang mengeluh, menghujat, atau mengata-ngatai apasaja yang membuatnya mungkin merasa kurang nyaman.
Ada nada kekecewaan dan kesakit hatian disana. Daripada harapan dan semangat yang tinggi.

Meski sebenernya hampir setiap orang juga pernah sakit hati hanya saja cara menyikapinya berbeda.

Orang bilang, teko hanya mengeluarkan isi tekonya nya, didalam bening keluar bening, didalam kopi yang keluarpun dipastikan air berwarna hitam keruh. Begitupun dengan isi hati.

Setelah mengutarakan beberapa perasaan yang tengah melandanya tibalah pada suatu pertanyaan yang agak lucu dan membuatku tersenyum .

Dia bertanya padaku “ Mbak, ada cewe nggak yah?” tanyannya setengah bernada putus asa. Aku langsung saja konek sok mengerti dan memahami isi hatinya.

"Setelah menyimak perkataannya beberapa menit yang lalu kurasa aku paham apa maksudnya". pikirku kala itu

Toh niatku untuk membesarkan hatinya dan menghilanglan keragu raguannya yang selama ini menghantuinya, aku hanya ingin membuktikan bahwa tak semua teman dimaya itu akan menyakitinya dan melukainya.

Kubuat dia merasa se-nyaman mungkin dengan lebih banyak memujinya daripada menyetujui keluhannya apalagi mengkritik dan menghina kepolosannya.

Agar dia tau bahwa aku menyayanginya sebagai sohibahnya dan berusaha memperhatikan dengan menyimak dan menjawab semua pertanyaannya.

Langsung saja kujawab dengan jawaban yang optimis dan terkesan tutup point tanpa bertele tele.

“Oh, ada, kamu mau menikah?” candaku agak tegas.”Ya semua orang pasti mau menikah lah Mbak, ini pertanyaan atau ejekan hehehe” jawabnya lagi.

“Iya, aku tau. Maksudku adalah, apakah kamu sudah siap menikah dalam waktu dekat? Aku ada tuh temen yang sudah siap menikah, dia cukup cantik, dia juga seorang muslimah yang baik dan taat. pintar lagi dan yang tak kalah penting dia juga sudah punya penghasilan sendiri. Cukup sempurna bukan sebagai calon istri yang ideal? Sudah memenuhi kriteria dech hehehe.. udah gitu dari keluarga baik baik juga, ini loh yang tak ketinggalan,, dan insya Allah dia bisa menjadi calon istri yang solehah.. sekarang tinggal tugasmu mampukah kau menunjukan kejantananmu heheeheheh....” jelasku panjang lebar.

Kukira dia akan senang dan langsung mengiyakan rekomendasiku. Eh malah dia balik bertanya,”Kamu mau nggak?” “Hah, mau apaan?” tanyaku bloon meski sudah ngeh hanya saja memastikan dan memancing sejauh mana keberaniannya.

"Ya mau nggak jadi ceweku” jawabnya lagi polos. kujawab dengan mengirimkan emotion wajah tertawa lebar "Kek nawarin permen aja, kamu mau nggak ? hehehe” dia jawab dengan emotian sad alias menunjukan wajah sedih.

“ Iya Mbak, aku serius. Kenapa nggak kamu aja yang jadi ceweku? Kamu juga kan belum menikah dan aku.... mmm”. balasnya lagi sedikit lebih berani.
Jelas sekali ada rasa keragu-raguan didalam cara dia bertanya atau mengutarakan perasaannya. Sesaat aku akan bilang "Kenapa sih tidak langsung saja bilang saya ingin mengajukan diri gitu loh… kan nggak terkesan pengecut?" Pikirku saat itu tapi segera ku tahan.

Meski ku akui aku juga sudah merasakan aroma kekagumannya padaku sejak lama tapi aku tak mau terlalu ke PDan atau membusungkan dada dengan cara pura pura tidak tau dan tidak merasa. Sebelum tau yang sesungguhnya sekalian tes seberapa beraninya dia? toh ternyata sampai disni saja. Ya tentu saja aku makin semangat dalamm mempromosikan temanku sendiri.

Maka dia yang telah ku anggap sahabat dekat yang butuh support atau tepatnya ku anggap seperti adikku yang masih SMA di kampung sana, kutanyai lagi.

“Kamu mau nggak ku kasih tau cara meminang? Agar nanti kamu nggak takut ditolak ama cewe yang kamu sukai” godaku seraya memberikan emition twink.

“Kamu mau kan jadi pria idaman wanita? “ ledekku lagi
"Mau mau mau Mbak, gimana caranya” sergahnya antusias.

"kamu itu kan cowo jadi kamu ini calon imam apakah kamu sudah menyadari hal ini?" tanyaku padanya lagi. Kemudian dia jawab
"Iya, aku tau Mbak.."


"Nah, sebagai calon imam, kamu seharusnya mempersiapkan diri menjadi seorang imam yang tangguh idola wanita. Jika memang ingin mendapatkan wanita yang ideal seperti kriteriamu tempo hari itu. Minimal kamu harus berfikir madiri sebelum mandiri secara ekonomi"

"Maksud Mbak?"

"Ya, selain wanita itu butuh rasa aman denganmu sebagai sandaran hatinya dia juga kan seorang makmum? Nah artinya dia membutuhkanmu sebagai imam atau panutan, pembimbing, penunjuk menuju jalan yang diridhoiNya, lalu bagaimana kalo imamnya masih ragu ragu dan nggak kokoh berdiri atuh wanita yang ingin bersandar dibahumu juga takut oleng, kamu paham kan maksudku"

"Belum paham Mbak.."

"Simpelnya begini, jika kamu sudah menemukan tambatan hatimu nanti, maka hal pertama yang kamu tunjukan adalah kemandirian pribadimu serta ketegaranmu, rencanamu ke depan, kehidupan macam apa yang kamu tawarkan untuknya, independent gitu loh nggak nyandar sana sini dan nggak takut jatuh, terserah dia nanti mau menerimaamu atau tidak yang penting tunjukan dulu bahwa kamu seorang yang mandiri dan layak diiperhitungkan.
Contohnya begini, aku punya rencana begini ....dan sedang melakukan ini.... dengan tujuan ini .....aku ingin kamu berada disini untuk mendukung mewujudkan rencanaku tadi, aku sudah mempersiapkan ini sementara sudah ada ini... dan ini .... berkenankan engkau wahai....
Tawari saja dia, mendukung rencanamu itu atau tidak? jika ditolak-pun kamu masih punya harga diri dengan menunjukan diri sebagai lelaki yang tegar punya rencana masa depan yaang jelas dan lugas" jelasku panjang lebar.

"Contohnya gimana Mbak?"

"Ya carilah buku buku petunjuk meminang yang islami banyak ko di toko toko buku di indonesia" karena ku sudah agak capek meladeni beberapa keluhannya yang pesimistis sedari tadi. Dan percakapan kala itu usai sampai disitu lama dia tak pernah menyapaku lagi mungkin dia tersinggung dengan keterus teranganku yang terkesan menggurui
Lalu setelah beberapa lama tak muncul batang hidungnya dia kembali lagi bersua dengan semangatnya yang baru dan terkesan terburu buru setelah berulum salam dan sedikit obrolan ringan tanya kabar dan keluarga dia menulis.

Wahai Uhkti yang yang senantiasa dekat dihati. Sebenarnya aku sedang punya program ingin menyempurnakan separuh Agama dalam waktu dekat ini. Dan tengah merencanakan dan mempersiapkan diri ingin mendapatkan keturunan yang baik dan barokah dengan pernikahan yang sederhana . Dan aku ingin Ukhti menemaniku untuk mewujudkan semua itu, bersediakah Ukhti yang baik hati ini menemaniku dalam keadaan dan susah dan senang bersama, saling berbagi dan saling melayani karena Allah?

"Hem kata katamu boleh juga, ada kemajuan tuh, coba aja praktekin ama orang yang kamu pilih, kurasa dia nggak akan nolak kalaupun nolak tenang aja, aku disini selalu mendukung en menyemangatimu" pujiku tulus seraya membesarkan hatinya.

"Loh, ini emang aku lagi praktek ama orang yang ku maksud, yang ku maksud adalah kamu calon bidadariku maukah engkau menjadi makmuku"

Glodak...! balasku lagi

"Ya aku tau, Ukhti pasti akan menolakku dan akan mencari yang lebih dariku yang alim, soleh, dalam pengetahuan agamanya dan mandiri seperti yang kutangkap dari pembicaraan Ukhti selama ini"

"Je ileh.. dia sudah manggil aku Ukhti lagi, bukan Mbak lagi" pikirku

"Ya kalo yang soleh ingin mendapatkan pendamping yang solehah dan dan begitu juga seterusnya itu pasti, tapi coba Ukhti pikir, apakah syiar islam ini akan bertebar maksimal? nggak kan? yang ada hanya terbagi beberapa golongan saja yaitu golongan si soleh dan si solehah mengumpul di suatu wadah yang terbaik dan terjaga tanpa menyentuh yang tengah kegersangan dan merindukan setitik hidayah" tuturnya panjang lebar padaku dan membuatku terdiam.

"Padahal yang sudah solehah bisa jadi akan mampu menyinari yang belum soleh jika dia tulus dan bersedia. Yang sudah baik keimamannya jangan hanya berharap mendapatkan yang lebih baik dan di atasnya, kenapa sih tidak mencoba berbagi dengan yang masih kosong seperti saya misalnya, kurasa masih banyak diluaran sana yang senasib denganku menunggu sentuhan kasih dari seorang yang soleh jika ia wantita dan solehah jika dia pria seperti contohnya ya aku ini yang mebutuhkanmu yang solehah" dia terus saja berpanjang lebar sementara aku hanya diam tertunduk menyesali kesombonganku

"Tapi aku juga kan belum alim dan belum solehah oke lah Aamiin makasih ya doamu jika kamu mengatakan aku solehah berarti itulah doamu padaku, aku berterimakasih kamu mendoakanku begitu.

Aku juga masih nol masih memburu setitik cahaya terang yang akan terus menyinari hati dan hidupku, maka tak perlu di pertanyakan dan kurasa aku optims menginginkan seorang imam yang tegas dan kuharapkan dia telah kokoh keimamannya serta mampu bertahan nanti ditengah kerasnya badai kehidupan hinga aku sebagai makmum berharap khilafku akan terjaga jikalau ada cermin disampingku yang senantiasa mengingatkan" kilahku membela diri.

"Ya meskipun pengetahuanku masih nol jangan pesimis dan meragukanku, sekarang aku optimis aku juga mampu menjadi imam yang tangguh sungguh akan ku buktikan itu, sekarang yang pesimis malah kamu dengan cara tidak menerimaku itu berarti sama saja kamu mengatakan bahwa aku tidak punya kesempatan untuk berubah menjadi imam yang ideal dambaan perempuan" tegasnya mantap seolah menamparku

No comments:

Post a Comment

visitor

Flag Counter