Pages

Sunday 30 October 2011

literatur mengenai wudhu, tayamum dan listrik statis

- "Kamu sering kesetrum listrik statis waktu memegang handle pintu kantor kita?"
+ "Iya, betul sekali. Tetapi hanya waktu musim dingin saja." (Setiap musim dingin tiba, saya memang sering merasa kesetrum ketika memegang handle pintu yang terbuat dari bahan logam seperti almunium)

- "Tahukah kamu mengapa hal ini tidak terjadi di musim yang lain?"
+ "Tidak tahu."
-"Karena udara sangat kering di musim dingin."
+"Kok bisa begitu?"

- "Karena molekul air yang mengembun di tubuh kita akan menetralkan listrik statis yang terakumulasi di tubuh kita. Di musim dingin, udara sangat kering, sehingga tidak ada molekul air di permukaan kulit kita. Elektron yang terkumpul di tubuh kita, yang kebanyakan berasal dari gesekan jaket yang kita kenakan, akan terus terakumulasi. Dan begitu tangan kita menyentuh logam yang merupakan konduktor yang baik, elektron yang terakumulasi tadi langsung "meloncat" dari tubuh kita ke logam tsb.

Itu adalah fenomena "petir mini", dan ujung jarimu yang merasa seperti tersambar petir. Hal ini mirip dengan fenomena penangkal petir. Di atas ada gumpalan uap air yang kaya akan elektron. Elektron elektron itu akan "meloncat" ke bumi melalui titik titik terdekat dengan awan dan bahan konduktor yang bagus."

Saya terkesima, dan berujar, "Oooo, begitu ya, ceritanya." Ia pun dengan semangat meneruskan kuliahnya, "Jadi, kalau kamu tidak ingin tersambar pertir mini alias kesetrum listrik statis, sebelum kau memegang handle pintu, BASAHILAH DULU TANGANMU DENGAN AIR. Atau, kalau tidak ada air, salurkanlah elektron di tubuhmu ke bumi dengan MENEBAKKAN (= menempelkan, red) TANGANMU KE TANAH atau TEMBOK."

***


Saya terperangah dengan kalimat terakhir itu. Saya terperanjat. Saya terkagum kagum. Saya bertakbir : Allahu Akbar! Berpuluh puluh tahun saya bertanya tanya tentang TAYAMUM sebagai pengganti wudhu, berpuluh puluh tahun naluri keingintahuan saya pendam. Hari ini, temanku yang notabene seorang ATHEIS yang menjelaskannya dengan gamblang dengan teori listrik statis; sebuah ilmu sederhana yang sudah aku pelajari sejak bangku SD dan selalu kudapatkan pelajaran itu di jenjang sekolah berikutnya. Dulu, saya mengira bahwa (satu satunya) hikmah berwudhu adalah MEMBERSIHKAN BADAN dari kotoran yang menempel di tubuh kita.
..................................................
Tetapi saya tidak habis fikir, bagaimana bisa wudhu diganti dengan tayammum yang dilakukan dengan membasuhkan debu ke wajah dan telapak tangan?
................................................

Ternyata "kotoran" yang ada di dalam tubuh kita ternyata bukan hanya debu yang menempel ke tubuh kita. Ada jenis "kotoran" yang tidak terlihat oleh mata, jauh lebih berbahaya bila tidak segera di"buang". "Kotoran" itu bernama elektron, yang apabila terlalu banyak terakumulasi di tubuh kita bisa merusak kesetimbangan sistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita. Molekul molekul air H2O yang bersifat polar sangat mudah menyerap elektron elektron yang terakumulasi di tubuh kita. Hanya dengan mengusapkan air ke permukaan kulit saja, maka "kotoran" elektron itu dengan mudah "terbuang" dari tubuh kita.

Sekarang saya faham, mengapa Rasulullah pernah "mandi besar" hanya dengan menggunakan air satu ciduk saja, kurang lebih satu liter saja. Rupa rupanya yang dibutuhkan hanyalah membasahi seluruh permukaan tubuh dengan air, tanpa harus mengguyurnya; dan itu pulalah sebenarnya definisi syar'i wudhu dan mandi besar, hanya perlu membasuh saja, dan bukan mengguyur. Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan air itulah kelebihan elektron di permukaan tubuh kita akan dinetralkan.

Dengan teori "kotoran" elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi terang benderang di mata saya; bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis di tubuh kita, dan penetralan itu bisa diganti dengan menebakkan tangan ke tanah dan mengusapkan debu wajah dan telapak tangan.

Pernah ada kisah seorang sahabat bergulung gulung di tanah karena ia harus mandi besar dan tidak ada air. Ia mengira, bahwa ia harus melumuri tubuhnya dengan debu, sebab ia beranalogi dengan wudhu dan tayamum. Kalau wudhu yang mengusap hanya wajah, kepala, tangan dan kaki diganti dengan tayamum yang mengusap wajah dan telapak tangan, maka mandi janabat harus membasuh seluruh tubuh diganti dengan tayamum seluruh tubuh. Rasulullah pun menjelaskan bahwa tayamum untuk mandi janabah dilakukan sama persis dengan tayamum sebagai pengganti wudhu, yaitu cukup wajah dan telapak tangan saja.

Subhaanallaah.... Satu lagi Allah tunjukkan kepada saya bukti kebenaran Alqur'an sebagai wahyu Allah dan bukan karangan manusia

: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚوَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُواصَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٦
﴾ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS Al-Maidah 6).

Merasa mendapatkan "ilmu baru", saya pun mengklarifikasi hal ini ke mbah Google. Rupa rupanya saya ketinggalan jaman. Ternyata literatur mengenai wudhu, tayamum dan listrik statis ini sudah berjibun jumlahnya.

Waktu utk menangis atau tersenyum

 Assalamualaikum wr.wb
2 orang sahabat sedang asik berenang di pinggir pantai yang indah, airnya jernih dan tampak begitu mempesona untuk dinikmati..
mereka bernama Budi dan Salim..

...
"ayuk bud, agak ke tengah dikit.., salim mangajak budi dengan komando kepalanya..

"Ogah ah.. serem.. kamu aja yang ketengah, kamu kan pinter berenang... budi sedikit ngeri mengiyakan ajakan salim.


"Tenang aja lagi Sob.. kan ada Gw.. lo pasti aman deh... salim meyakinkan budi yang terlihat ketar ketir..


"yakin??? aman yak??!!!.. budi meminta kepastian Salim..


"Yakin aman bud... gw kan juara renang di sekolah... lo pasti aman.. kalo ada apa2 lo bisa andelin kemampuan renang gw.. salim memastikan ucapannya.


"oke deh .. Yuk mari pakde... budi berenang sembari tersenyum pada salim yang tampak shock dengan panggilan "PAKDE" dari budi.


mereka berenang menjauhi bibir pantai tempat mereka berasal.. mengambang, berubah gaya berenang, dan canda menjadi "sesaji" kala mereka menempuh senti demi senti air asin yang sedang mereka tracking...


Tiba2 angin mulai sedikit demi sedikit mengencang.. Gelombang mulai meninggi.. dan Awan hitam berbondong bondong mendekati daratan..


"Lim.. gimana nih.. budi panik..

"Yuk ke pingigir sekarang..salim mengajak budi...
budi mengikuti salim yang berenang di depannya..

tiba2 Ombak yang sangat tinggi bergulung dari arah belakang tubuh mereka..


"Huaaaaaaaaaaaaaaaa..... Budi berteriak sekencangnya...

"Lo gak papa kan Bud??? salim berteriak dari arah depan..
"aku aman..kamu dimana lim ??? budi mencari salim yang tadi berenang di depannya..

"Gw di depan lo bud.. kehalang ombak nih.. lo terus aja berenag ke pinggir .. nanti kita ketemu disana...


"aku takut gak kuat Lim.. kamu sih enak pinter berenang.. Budi meneriaki Salim...


"Udah berenang aja lo.. pasti bisa kok.. Salim menyahut dari kejauhan.. dan suaranya semakin jauh dari tubuh budi yang mulai kelelahan..


Salim memacu kecepatan renangnya dan menerjang gelombang yang semakin meninggi.. berkali kali ia menghilang dan timbul dari riak2 air..


sementara Budi sudah kelelahan.. ia tak mampu lagi berenang melawan gelombang yang mematahkan kayuhan kakinya untuk berenag menuju pantai.. ia hanya pasrah mengikuti kemana gelombang membawanya.. "Tuhan.. inilah akhir hidupku.." budi membatin sedih.. ia yakin Salim sedang menunggunya di pinggir pantai sambil berharap harap cemas akan keadaannya.. semoga salim bisa sabar menunggu ku.. budi menangis haru didalam kesendiriannya..


30 menit berlalu.. budi mulai menyadari gelombang laut sudah tidak separah beberapa waktu lewat.. angin cenderung bergerak tenang, ombak bergulung hanya beberapa centi saja.. nampak dihadapannya bibir pantai tempat ia dan salim biasa berenang..


Bersusah payah Budi bergerak hingga menyentuh pasir yang memutih di hamparan pinggiran pantai..


"alhamdullilah.... budi kembali terisak....,,


Belum lagi pulih tenaga budi.. ia segera bergegas mencari Salim yang mungkin sejak tadi mencarinya..


"Saliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
iiiiiiiiiim... liiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimmm.... budi berteruiak keras memanggil sahabatnya...

"Dek dek.. apa kamu nyari teman kamu??? seorang bapak nelayan menghampiri budi..


"iya betul pak.. , bapak ada liat enggak ya??

" coba liat di balai desa dek.. siapa tau itu teman adek...

Budi berlari kearah balai desa dan menyaksikan pemandangan pilu dihadapannya.., Salim telah terbujur kaku, beberap nelayan menceritakan , mereka menemukan salim terombang ambing di lautan.. mungkin ia tenggelam karena terlalu lelah melawan gelombang yang sedang gila-gilanya beberapa jam lalu..


Budi kembali menangis sejadi jadinya.. " kenapa salim.. kenapa bukan aku.. bukankah aku tidak pandai berenang, bukankah salim juara renang di sekolah..." air matanya membanjir hebat... terbayang semangat sahabatnya yang menyuruhnya terus berjuang hingga tiba di pinggir pantai..


selamat jalan sahabat.. Budi meninggalkan secarik kertas putih bertuliskan.. "Terimakasih" diatas tanah merah tempat Salim terbaring ubntuk selamanya...



Taukah kalian kenapa aku berterimakasih kepada sahabatku???

kerena dari kejadian ini aku tau satu hal yang mungkin akan aku ingat seumur hidupku..
kejadian ini mengajarkan padaku..
dalam hidup, kita bukan sekedar harus menjadi kuat, pandai dan terampil..

dalam hidup kita bukan sekedar harus menjadi sosok yang dibanggakan, di elu elukan, atau di damba dambakan..


tapi kita juga mesti tau kapan kita harus berhenti sejenak untuk berjalan atau berjuang, bukan untuk menyerah, apalagi kalah...


kita berhenti sesaat untuk " memastikan " apakah kita sanggup terus berjalan,

kita berhenti sejenak untuk "memikirkan" kapan waktu yang tepat untuk kembali melangkah.

tidak akan mungkin kita sanggup mendaki Mount evrest tanpa jaket...

tidak akan mungkin kita sampai puncak himalaya tanpa berhenti untuk berkemah...

kita berhenti sesaat untuk memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita saat melawan "GELOMBANG GELOMBANG KEHIDUPAN"


karena gelombang itu akan berubah setiap hari..

dan kita tidak harus berhenti pula setiap hari..

tapi berhentilah saat "TIBA2 GELOMBANG ITU BEGITU MENAKUTKAN DAN TERAMAT BERAT UNTUK KITA LALUI DALAM BEBARAPA MENIT"


berhentilah dan berfikirlah,,.. biarkan sejenak tubuh kita untuk beristirahat..


jika sudah mereda.. lanjutkan perjalanan panjang ini dengan ketenangan dan rangkaian pilihan bijak.


orang hebat bukanlah orang yang suaranya paling besar, temannya paling banyak , ilmunya paling tinggi, hartanya paling berlimpah,


orag hebat adalah orang yang tau kapan ia harus berjalan. dan kapan ia harus berhenti di "setiap hal dalam hidupnya"


KETIKA CINTA TIDAK HARUS SELALU BERBENTUK BUNGA

Aku mencintai suamiku karena sifatnya yang apa adanya dan begitu menyukai perasaan aman dan tentram yang muncul di hati ketika bersanding dengannya. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa perkawinan, harus aku akui bahwa mulai timbul rasa bosan dan lelah dengan kehidupan berumahtangga dengannya dan alasan-alasan mencintainya dulu... telah berubah menjadi sesuatu yang sesuatu yang menjemukan.

Aku seorang wanita yang berjiwa sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Aku merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan belaian. Tetapi semua itu tidak lagi aku peroleh. Suamiku kini jauh berbeda dari apa yang aku harapkan dulu. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam perkawinan kami telah memusnahkan semua harapan tentang kehidupan cinta yang ideal.

Suatu hari, aku beranikan diri untuk menyatakan keputusan untuk bercerai!! “Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Aku lelah, kamu tidak pernah memberikan cinta yang aku inginkan.” Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan aku semakin bertambah, seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang dapat aku harapkan darinya?

Dan akhirnya ia pun berkata. “Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah keputusanmu itu?”.

Aku menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan, “Aku ada satu pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya, aku akan mengubah keputusanku. Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kau memanjat gunung itu, kau akan mati. Apakah kau akan melakukannya untukku..?” Dia pun termenung dan akhirnya berkata, “Aku akan memberikan jawabannya besok pagi.” Hatiku langsung gundah mendengar reaksinya.

Keesokan paginya, kulihat suamiku tidak berada di rumah, dan aku menemukan selembar kerta dengan coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan.. “Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan aku untuk menjelaskan alasannya” Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku.

Aku lantas terus membacanya. “Sayang kau biasa menggunakan komputer dan selalu menghadapi masalah kerusakan program di dalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, aku harus memberikan jari-jariku supaya dapat membantumu dan memperbaiki programnya.” “Kau selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan kakiku supaya dapat menendang pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.” “Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu tersesat di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi. Aku harus menunggu di rumah agar dapat memberikan mataku membantumu mengarahkan jalan untukmu melalui peta.”

“Kamu selalu kelelahan pada waktu teman baikmu datang setiap bulan, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijit kakimu yang terkilir.” “Kamu seorang yang suka diam dirumah, dan aku selalu khawatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.” “Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong memotong kukumu dan mencabuti ubanmu.”

“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menyusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu”. “Tetapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku..” “Sayangku, aku tahu, di luar sana ada banyak orang yang mampu mencintaimu lebih dari aku mencintaimu…”

“Untuk itu sayangku, jika semua yang telah kuberikan dengan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu, Aku tidak dapat menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.” Air mataku jatuh di atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku tetap berusaha untuk membaca kelanjutannya…

“Dan sekarang sayangku….. kamu telah selesai membaca penjelasanku ini. Jika kau berpuas hati dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri di luar pintu menunggu jawabanmu” “Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barangku, dan aku tidak akan menyusahkan hidupmu lagi. Percayalah, kebahagiaanku adalah apabila kau bahagia.”

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah sendu sambil memegang susu dan roti kesukaanku. Oh Tuhan… kini baru aku tahu, tidak ada orang lain yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku.


The Moral Behind of the Story :

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasakan pasangan kita tidak dapat memberikan cinta dalam bentuk yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam bentuk lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita perlukan adalah memahami bentuk cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan bentuk tertentu….”KARENA CINTA TIDAK HARUS SELALU BERBENTUK BUNGA”

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, karena sungai mengalir untuk selamanya. Satu-satunya cara agar kita memperoleh kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. Jangan karena cinta, kita gugur dari perjuangan, dan jangan karena cinta juga, perinsip kita menjadi larut dan cair. Cinta tidak semestinya akan berakhir dengan perkawinan. Kesetiaan akan mengikat cinta, dan perkawinan akan menjadi indah jika cinta terus bersama.

Musik Terpopular Oktober 2011

Friday 28 October 2011

Aku Terpaksa Menikahinya (Kisah inspiratif untuk para istri dan suami)



Sahabat Hikmah...
Semoga kisah di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

10 kaidah dalam upaya untuk mendapatkan dan menjaga istiqomah yang setiap kita mendambakannya hingga akhir hayat kita

10 kaidah dalam upaya untuk mendapatkan dan menjaga istiqomah yang setiap kita mendambakannya hingga akhir hayat kita,diantara kaidah tersebut adalah :

1. Kita harus menyakini bahwa istiqomah adalah karunia dari Allah Ta’ala

2. Hakikat istiqomah adalah mengikuti Jalan dan petunjuk Allah Ta’ala
...
3. Pokok Istiqomah adalah Istiqomahnya Hati

4. Istiqomah yang dikehendaki Allah Ta’ala adalah kita berupaya untuk bisa menjalankan dan mendekati sunnah Rosulullah dalam kehidupan kita.

5. Istiqomah berkaitan erat dengan perkataan perbuatan dan niat

6. Istiqomah haruslah Lillah (ikhlas hanya karena Allah), billah (memohon kepada Allah ta’ala) dan ala amrillah (sesuai dengan perintah Allah Ta’ala)

7. Tidak boleh terpedaya atas istiqomah yang dia rasakan dengan ujub dan merasa lebih dari manusia yang lain,jangan menyandarkan istiqomah kepada dirinya akan tetapi jadikan Allah sebagai sandaran bagi kita agar menerima istiqomah kita.

8. Barangsiapa yang bisa istiqomah di dunia maka Allah akan memberikan istiqomah di akhirat ketika melewati as shiraat dan selamat dari api neraka.

9. Menjauhi fitnah syahwat dan syubhat yang bisa memalingkan manusia dari istiqomah

10.Menjauhi tasyabuh terhadap orang-orang kuffa

Cranberries - Zombie

Another head hangs lowly, 
Child is slowly taken. 
And the violence caused such silence, 
Who are we mistaken? 

But you see, it's not me, it's not my family. 
In your head, in your head they are fighting, 
With their tanks and their bombs, 
And their bombs and their guns. 
In your head, in your head, they are crying... 

In your head, in your head, 
Zombie, zombie, zombie, 
Hey, hey, hey. What's in your head, 
In your head, 
Zombie, zombie, zombie? 
Hey, hey, hey, hey, oh, dou, dou, dou, dou, dou... 

Another mother's breakin', 
Heart is taking over. 
When the vi'lence causes silence, 
We must be mistaken. 

It's the same old theme since nineteen-sixteen. 
In your head, in your head they're still fighting, 
With their tanks and their bombs, 
And their bombs and their guns. 
In your head, in your head, they are dying... 

In your head, in your head, 
Zombie, zombie, zombie, 
Hey, hey, hey. What's in your head, 
In your head, 
Zombie, zombie, zombie? 
Hey, hey, hey, hey, oh, oh, oh, 
Oh, oh, oh, oh, hey, oh, ya, ya-a... 



DOWNLOAD HERE...

Thursday 27 October 2011

Ussy Feat Andika - Kupilih HatiMu

ku pilih hatimu tak ada ku ragu
mencintamu adalah hal yang terindah
dalam hidupku oh sayang
kau detak jantung hatiku

setiap nafasku hembuskan namamu
sumpah mati hati ingin memilihmu
dalam hidupku oh sayang
kau segalanya untukku

janganlah jangan kau sakiti cinta ini
sampai nanti di saat ragaku
sudah tidak bernyawa lagi
dan menutup mata ini untuk yang terakhir

setiap nafasku (setiap nafasku)
hembuskan namamu (hembuskan namamu)
sumpah mati (sumpah mati)
hati ingin memilihmu (ku milikmu)
dalam hidupku oh sayang
kau segalanya untukku ooh

janganlah jangan kau sakiti cinta ini
sampai nanti di saat ragaku
sudah tidak bernyawa lagi
dan menutup mata ini untuk yang terakhir

oh tolonglah jangan kau sakiti hati ini
sampai nanti di saat nafasku
sudah tidak berhembus lagi
karena sungguh cinta ini cinta sampai mati

tolonglah jangan kau sakiti cinta ini
sampai nanti aku tidak bernyawa lagi
dan menutup mata ini untuk yang terakhir

oh tolonglah jangan kau sakiti hati ini
sampai nanti di saat nafasku
sudah tidak berhembus lagi
karena sungguh cinta ini cinta sampai mati
cinta sampai mati

Hati

  Hati.....
... Keraskan dindingmu......
...Dari memahat nama-nama manusia.....
Yang belum tentu memegang kuncinya....

Teguhlah dirimu menjauh.....
Saat insan ajnabi mendekati....
Kukuhkan prinsip diri.....
Dari pujuk dan rayu.....

Tebalkanlah dengan haya'....
Karna ia penyelamat dari godaan nafsu....
Godaan ke arah neraka Al-Jahim....

Tapi....
Lembutkanlah dirimu.....
Pada yang memiliki.....
Kerna Ilahi....
Selembut-lembutnya....
Sebaik-baiknya....
Terpelihara dari noda dan dosa yang terbias dari niat yang menyimpang....

Agar kau bisa....
Menghias ia indah dengan kalimah-kalimah Allah SWT....
Bahagialah engkau jika insan yang memiliki meredhai.....
Kerna ''dia''lah insan yang terletak Syurga bagimu di telapak kaki....
Insan yang mencipta keinginanmu tuk menjadi pasangan buatnya....
Duniawi wa ukhrawi....
 

Bedakan apa itu Bungkusan & apa itu Isinya

✿ Rumah yg indah hanya bungkusan.
Keluarga Bahagia itu isinya......

... ✿ Pesta nikah hanya bungkusan.
Cinta kasih, pengertian dan Kesetiaan itu isinya. ...

✿ Ranjang mewah hanya bungkusan.
Tidur nyenyak itu isinya.....

✿ Makan enak hanya bungkusan.
Gizi & energi itu isinya.....

✿ Kecantikan hanya bungkusan.
Kepribadian itu isinya....

✿ Bicara itu hanya bungkusan.
Perbuatan nyata itu isinya....

✿ Buku hanya bungkusan.
Pengetahuan itu isinya....

~ Utamakanlah isi,
namun rawatlah bungkusnya....

Wednesday 26 October 2011

Cinta Tang Hakiki


 
 Siapakah Cinta Ini ???

Kita mudah tertarik dengan Keindahan ...
Jatuh hati Pada Ketampanan ,,, Namun
Berapa Ramai yang sadar akan Pencpta Keindahan itu ???
... Sedangkan DIA-lah Dzat yang Maha INDAH ...

" Sesungguhnya ALLAH itu INDAH dan Mencintai Keindahan " (HR.Muslim)

Kita mudah tertarik pada kekayaan ...
Jatuh Hati pada Kemampuan Keuangan ...Namun
Berapa Ramai yang sadar Bahwa Segala''nya adalah
Pinjaman dari yang ESA...Sedangkan DIA-lah Dzat yang Maha Kaya ...

" Dan jika kamu kafir,(maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun)
karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah..
Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ...(QS.An Nisaa' : 170)

Kita Mudah terpikat pada Kehebatan Insan ...
Jatuh hati pada Kedudukan dan Kehormatan ...Namun
Berapa Ramai yang sadar Bahwa akan Kehebatan dan Keagungan ALLAH ...
Sdangkan DIA-lah Dzat yang Maha Agung dan Maha Tinggi ...

"Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.(QS.Ali 'Imran :74)

Kita mudah tertarik dengan orang yang mengambil berat terhadap kita ...
Jatuh Hati pada mereka yang suka memberikan perhatian terhadap diri ini ...
Namun .Berapa Ramai yang sadar akan ALLAH yang senantiasa mengambil berat terhadap kita ...Sedangkan DIA-lah Dzat Pemberi Petunjuk . . .
Ilah yang mengawasi kita sejak Lahir hinggah ke Liang Lahat kelak . . .

"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi,
yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk .(QS.Al A´laa:1-3)

Kita sering tertarik dengan Insan yang suka memberi ...
Jatuh Hati pada Insan yang pemurah ...Namun
Berapa Ramai yang sadar akan DIA yang Maha Pemberi ...
Sedangkan tiada lagi yang mampu memberikan Nikmat melainkan DIA ...

"“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itusegala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakansekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(Al Baqarah:22)

Justru itu . . .Adakah lagi Selain-Nya ...
Yang lebih Layak Di Letakan Cinta Kita Setinggi-ting
 

Kisah Gadis Kecil Yang Shalihah

 
 
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-ana...kku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.



Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:

Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"



Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.


Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.


Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?


Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.


Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.


Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: "Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."


Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!


Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!



Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.


Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."


Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."


Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.


Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.


Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna." Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."


Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.


Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu` dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!


Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.


Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.


Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: "Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat." Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah." Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."


Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut." Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku." Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.


Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."


Maka dia berkata: "Asyhadu alla ilaaha illallah."


Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.



Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamin. (AR)*

Tuesday 25 October 2011

Lovarian - Perpisahan Termanis



Bila nanti kita berpisah
Jangan kau lupakan
Kengan yang indah
Kisah kita
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Jika memang kau tak tercipta
Untuk ku miliki
Cobalah mengerti
Yang terjadi
Bila mungkin memang tak bisa
Jangan pernah coba memaksa
Tuk tetap bertahan
Di tengah kepedihan
Jadikan ini
Perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu
Sepanjang Waktu
Semua berakhir
Tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku
Yang mungkin menyakitimu
Semoga kelakkan kau temukan
Kekasih sejati
Yang kan menyayangi
Lebih dariku
Bila mungkin memang tak bisa
Menyatukan perbedaan kita
Dan tetap bertahan
Ditengah kepedihan
Jadikan ini
Perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu
Sepanjang Waktu


Semua berakhir
Tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku
Yang mungkin menyakitimu

DOWNLOAD HERE...!!!



Sajadah CintaKu

Bismillahirrahmaanirrahiim

Harm0n!e C!ntaku DaTang
Hdupkan Dentingan nada-nada
indah di Hati

KeGelisahan,
KeresaHan,
Gemuruh Rindu yg MembunCah
ter0bat! sudaH
daLam sujud Panjangku
Di Atas Sajadah Cinta

senyum Dalam kesaBaran
Tawa dalaam penantian
terbayar Jua
diiringi lantunan Syahdu
ayat-ayat Cinta

Penantian penuh Keikhlasan
Ya Rabb....
iniKaH awaL Jawaban_MU??
alhamdulillah ... aamiin

>> BaGaimana-pun Keadaan kita sem0ga k!ta Bisa MeLalui d6n PeNuh Senyuman N SeMangaaat ^__^

Tips untuk mengisi masa penantian dengan proses yg berkah untuk hasil yang berkah"


"Senantiasa dekatkan diri kepada-NYA taqorrub Illallah krn Dialah säñg pemilik hati dan maha mengetahui segala isi hati

"Persiapkan bekal ilmu krn perjalanan itu jauh Tholabul ilmi never ending

"Karenkan diri dengan mempercantik lahir dan batinmu

"Perbaiki diri krn insyaallah disebrang sana diapun sedang sibuk memperbaiki dirinya, yakinlah bahwa lelaki yang baik hanya untuk lelaki yang baik pula

"Jaga hijabmu agar senantiasa terpelihara


"Jaga izzahmu krn kau adalah calon bidadari surga


"Ukirlah rasa CintaMu pada dia memalui tulisan ayat CintaMu


menanti sang pujaan hati mebjenputmu keistananya bkn berarti kita menunggu tampa arti isilah masa penantianmu dgn hal yg baik dan berkah INSYAALLAH AAMIN

Too Much Love WIll Kill You



I'm just the pieces of the man I used to be
Too many bitter tears are rainin' down on me
I'm far away from home
And I've been facing this alone
For much too long, ohoo
I feel like no-one ever told the truth to me
About growin' up and what a struggle it would be
In my tangled state of mind
I've been lookin' back to find
Where I went wrong

Too much love will kill you
If you can't make up your mind
Torn between the lover
And the love you leave behind
You're headed for disaster
'cos you never read the signs
Too much love will kill you
Every time

I'm just the shadow of the man I used to be
And it seems like there's no way out of this for me
I used to bring you sunshine
Now all I ever do is bring you down, ooohh
How would it be if you were standing in my shoes
Can't you see that it's impossible to choose
Oh there's no making sense of it
Every way I go I'm about to lose
Oho oh!

Yeah, too much love will kill you
Just as sure as none at all
It'll drain the power that's in you
Make you plead and scream and crawl
And the pain will make you crazy
You're the victim of your crime
Too much love will kill you
Every time

Yeah, too much love will kill you
It'll make your life a lie
Yes, too much love will kill you
And you won't understand why
You'd give your life, you'd sell your soul
But here it comes again
Too much love will kill you
In the end...
In the end...


DOWNLOAD HERE...!!!!




visitor

Flag Counter